Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Provinsi Sumatera Barat menghadiri Sidang Tanwir dan Resepsi Milad ke-112 di Kupang.
Kupang, Rombongan Pimpinan Wilayah Sumatera Barat disambut hangat oleh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Kupang dengan pengalungan kain songket ciri khas Kupang Senin, 2/12/2024.
Acara Tanwir dan Resepsi Milad ke 112 ini bukan hanya sekadar pertemuan rutin, melainkan merupakan momentum penting bagi seluruh anggota dan simpatisan Muhammadiyah untuk merayakan perjalanan panjang organisasi ini selama lebih dari satu abad. Dengan sejarah yang kaya dan kontribusi yang signifikan terhadap pendidikan, kesehatan, dan sosial kemanusiaan di Indonesia, Sidang Tanwir ini menegaskan komitmen Muhammadiyah untuk terus berperan aktif dalam membangun bangsa.
Dalam rangkaian acara tersebut, hadir pula para pimpinan Wilayah Muhammadiyah Provinsi Sumatera Barat, Buya Dr. Bakhtiar, M.Ag, Buya Dr. Murisal, M.Ag, Buya Drs. Apris, MM, Buya Kijal Atritanjung, SH MH dan Buya Zaitul Ikhlas Saad, S.IP, MM, yang semuanya merupakan tokoh berpengaruh dalam organisasi Muhammadiyah yang mencerminkan keberagaman pemikiran dan kebersamaan dalam Organisasi.
Selain itu, Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia, Tito Karnavian, menyampaikan sambutannya dengan penuh kekaguman terhadap jejak yang telah ditorehkan Muhammadiyah selama 112 tahun. Dalam sambutannya, Tito mengkhususkan ucapan selamat kepada panitia penyelenggara dan semua pihak yang berkontribusi dalam kesuksesan acara ini. “Pada kesempatan yang baik ini, saya beserta keluarga besar Kementerian Dalam Negeri dan Badan Nasional Pengelola Perbatasan mengucapkan selamat atas diselenggarakannya Sidang Tanwir dan Resepsi Milad ke-112 Muhammadiyah,” ucap Tito pada Senin (2/12). Ia mengingatkan pentingnya refleksi atas perjalanan Muhammadiyah, yang tidak hanya menjadi bagian dari sejarah kelahiran bangsa Indonesia, tetapi juga menciptakan berbagai inovasi yang telah mengangkat kualitas hidup masyarakat melalui program-program sosial dan pendidikan.
Tito menekankan bahwa selama lebih dari satu abad, Muhammadiyah telah menjadi salah satu pilar utama dalam pembangunan nasional, berkontribusi nyata dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat. “Muhammadiyah tidak hanya menjadi pelopor dalam pembangunan sekolah, universitas, rumah sakit, dan sarana sosial lainnya, tetapi juga telah memberikan inspirasi dan teladan dalam pengelolaan filantropi yang berbasis pada nilai-nilai keislaman,” jelas Tito dengan semangat. Ini menunjukkan bahwa kontribusi Muhammadiyah melebihi batasan sektoral, ia menyentuh esensi kemanusiaan dalam masyarakat Indonesia.
Dalam akhir sambutannya, Tito mengajak seluruh masyarakat untuk bersatu dan berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan dan kebajikan, memperkuat semangat kebersamaan yang menjadi landasan bagi pertumbuhan dan kemajuan. Dengan pesan tersebut, diharapkan lebih banyak individu dan kelompok akan termotivasi untuk mengikuti jejak Muhammadiyah dalam menciptakan perubahan positif bagi masyarakat.(Alpin)