Perayaan Tahun Baru 2025, Antara Tradisi Global dan Kearifan Lokal Minangkabau di Kabupaten Pesisir Selatan Nan Rancak
Pesisr Selatan, 31 Desember 2024 – Dunia tengah bersiap menyambut pergantian tahun 2025 dengan berbagai tradisi perayaan khas di masing-masing wilayah. Di Sumatera Barat, khususnya masyarakat Pesisir Selatan, tradisi ini sering kali dihadapkan pada dilema budaya. Filosofi adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah menjadi landasan kehidupan masyarakat Minangkabau, yang tidak relevan dengan budaya perayaan tahun baru yang penuh euforia, seperti pesta kembang api atau konser musik dan lain sebagainya.
Menurut Teguh Dehalsa, SH, M.Kn Anggota DPRD Kabupaten Pesisir Selatan dari Partai Nasdem mengatakan, “Pergantian tahun hendaknya dapat mendorong masyarakat untuk menjadikannya sebagai momen refleksi dan introspeksi”. Dalam tradisi adat, pergantian tahun lebih dimaknai sebagai waktu untuk merenungkan perjalanan hidup sepanjang tahun, mengevaluasi kekurangan, dan merencanakan perbaikan di tahun mendatang. Alih-alih perayaan besar, nilai-nilai Minangkabau khususnya di Pesisir Selatan lebih menekankan pentingnya mendekatkan diri kepada Allah, menjaga hubungan sosial, dan memperkuat adat yang berlandaskan ajaran Islam, seperti yang di laksanakan oleh BKMT PD Kabupaten Peisir Selatan yaitu Pengajian Akbar di Masjid Akbar Baiturrahman Painan.
Lebih lanjut menurut Teguh, Pandangan Islam terhadap perayaan Tahun Baru Masehi memberikan batasan yang tegas. Dalam ajaran Islam, tidak ada kewajiban atau anjuran untuk merayakan tahun baru Masehi. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an, “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya” (QS. Al-Isra: 36). Rasulullah SAW juga bersabda, “Barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk golongan mereka” (HR. Abu Dawud). Oleh karena itu, umat Muslim hendaknya tidak terlibat dalam perayaan yang bertentangan dengan nilai-nilai agama.
Teguh berharap kepada masyarakat Pesisir Selatan agar momen pergantian tahun dijadikan ajang introspeksi diri (muhasabah). Mengingat kehidupan dunia hanya bersifat sementara, umat Islam sebaiknya memanfaatkan momen ini untuk memperbanyak doa, zikir, dan amal kebaikan. Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok” (QS. Al-Hasyr: 18). Dengan introspeksi, kita dapat memperbaiki kesalahan masa lalu dan mempersiapkan langkah lebih baik di masa depan.
Di tengah tradisi global merayakan tahun baru, masyarakat Minangkabau diimbau untuk tetap menjaga identitas budaya dan nilai-nilai Islam. Pergantian tahun dapat dirayakan secara sederhana dengan kegiatan yang bermanfaat, seperti berbagi atau mengadakan kajian keagamaan. Hal ini sejalan dengan filosofi adat basandi syarak yang menuntun masyarakat pada kehidupan yang lebih bermakna, ujar Teguh dengan senyum sambil mengucapkan selamat tahun baru kepada semua masyarakat Pesisir Selatan dan khususnya kepada masyarakat Sago yang telah memberikan kepercayaan kepada teguh menjadi anggota DPRD Kabupaten Pessel.
Pergantian tahun bukan hanya tentang kemeriahan, tetapi juga momen perbaikan diri. Dengan menjadikan refleksi dan perencanaan sebagai inti dari pergantian tahun, masyarakat dapat menyongsong 2025 dengan semangat baru, mengusung nilai-nilai agama dan budaya yang kuat, serta menjalani kehidupan yang lebih baik dari tahun sebelumnya ( Alpin)