Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Pesisir Selatan Buya Aprizal mengalokasikan pemahaman bahwa politik tidak selalu identik dengan tindakan yang kotor. Muhammadiyah memandang politik sebagai sebuah media untuk berdakwah dan berkontribusi bagi kemajuan masyarakat. Dengan mengedepankan nilai-nilai moral, organisasi ini berupaya untuk terlibat dalam kontestasi politik tanpa harus berafiliasi dengan partai politik tertentu, karena memahami bahwa kehadiran mereka di dalam dunia politik adalah demi kepentingan bersama.

Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Pesisir Selatan, Buya Aprizal, menegaskan pentingnya keterlibatan aktif kader Muhammadiyah dalam politik menjelang pemilu serentak 2024. Ia berpesan kepada seluruh kader untuk tidak bersikap apatis, karena sikap acuh terhadap politik dapat berdampak negatif terhadap upaya dakwah yang telah dijalankan. Dalam konteks ini, politik dilihat bukan hanya sebagai sarana pencapaian kekuasaan, tetapi juga sebagai alat untuk menyalurkan aspirasi masyarakat dan mengupayakan perubahan yang lebih baik.

Pentingnya hubungan yang seimbang antara kekuasaan, ekonomi, dan budaya ditekankan oleh Buya Aprizal. Ketiga aspek tersebut saling berkaitan dan dapat mendukung kelancaran dakwah. Tanpa adanya dukungan dari kekuasaan, sebuah komunitas dapat kehilangan arah dalam upaya penyebaran nilai-nilai kemanusiaan yang diusung. Oleh karena itu, kader harus memiliki keberanian untuk terlibat dan mengambil bagian dalam dinamika politik yang ada.

Namun, ketika terjun ke dunia politik, para kader Muhammadiyah harus senantiasa memprioritaskan moral dan mengimplementasikan visi dan misi organisasi dalam setiap tindakan. Realisasi program yang ditujukan untuk kemaslahatan masyarakat harus menjadi komitmen bersama yang dipegang teguh. Dengan fondasi moral yang kuat, para kader diharapkan dapat menjaga integritas dan keberimbangan dalam melaksanakan peranan mereka di tengah-tengah masyarakat.

Keberadaan sumber daya manusia (SDM) Muhammadiyah yang kompeten juga menjadi faktor penentu dalam konteks politik. Dengan memahami dinamika dan tantangan yang ada, kader Muhammadiyah diharapkan tidak hanya menjadi pengikut, melainkan juga menjadi penggerak perubahan yang positif. Hal ini sejalan dengan peran Muhammadiyah sebagai penyejuk dalam masyarakat, yang perlu menjadi jembatan dalam menyampaikan aspirasi dan kebutuhan umat kepada para pengambil keputusan politik.(Alpin)