Oleh: Adril Maiyanto, M.Pd.(Sekretaris PDM Pesisir Selatan/Guru MTsN 7 Pesisir Selatan)

Menjadi Pendidik yang Tidak Hanya Mentrasfer Pengetahuan, tetapi Juga Keteladanan

Oleh: Adril Maiyanto, M.Pd.(Sekretaris PDM Pesisir Selatan/Guru MTsN 7 Pesisir Selatan)

Pendidikan bukan hanya soal bagaimana seorang pendidik menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik. Lebih dari itu, pendidikan adalah proses pembentukan karakter, nilai-nilai, dan kepribadian. Dalam hal ini, pendidik memiliki peran strategis sebagai teladan bagi peserta didik.

Di era modern ini, pendidikan sering kali terjebak dalam paradigma transfer knowledge. Guru diibaratkan seperti mesin pengirim informasi, sementara peserta didik hanya menjadi penerima pasif. Padahal, tujuan pendidikan sejati adalah membentuk individu yang tidak hanya cerdas secara intelektual tetapi juga memiliki karakter unggul. Hal ini hanya bisa tercapai jika pendidik mampu mentransfer nilai-nilai keteladanan dalam interaksi sehari-hari.

Mengapa Keteladanan Penting?

Peserta didik, terutama di usia remaja, adalah pribadi yang sedang mencari identitas. Mereka sangat mudah meniru apa yang mereka lihat dari lingkungannya, terutama dari figur yang mereka hormati. Dalam hal ini, pendidik memiliki peluang besar untuk menjadi role model. Keteladanan dalam perilaku, kejujuran, disiplin, dan kepedulian menjadi nilai-nilai yang secara alami akan ditiru oleh peserta didik.

Penting diingat, ilmu yang diajarkan di ruang kelas mungkin akan terlupakan seiring waktu. Namun, pengalaman bersama guru yang memberikan inspirasi dan teladan akan terpatri dalam ingatan mereka. Seorang guru yang menunjukkan rasa empati, mengajarkan kejujuran melalui tindakan, dan menunjukkan semangat belajar tanpa batas akan menginspirasi peserta didik lebih dari sekadar teori.

Langkah Mentransfer Keteladanan

Konsistensi Perilaku

Guru harus menjadi pribadi yang konsisten antara ucapan dan tindakan. Ketika seorang guru meminta peserta didik datang tepat waktu, ia pun harus hadir lebih awal. Jika guru mengajarkan kejujuran, ia harus memastikan tidak ada perilaku yang bertentangan dengan nilai tersebut.

Empati dan Kepedulian

Keteladanan juga bisa ditunjukkan melalui empati terhadap peserta didik. Memahami kondisi mereka, memberikan perhatian, dan membantu mereka menghadapi tantangan akan menciptakan hubungan yang bermakna.

Pembelajaran Kontekstual

Guru dapat mengaitkan materi pelajaran dengan nilai-nilai moral dan kehidupan nyata. Misalnya, saat mengajarkan Bahasa Arab, guru dapat menanamkan nilai-nilai Islam seperti kejujuran dan tanggung jawab.

Membangun Hubungan Positif

Keteladanan bukan hanya soal perilaku baik, tetapi juga bagaimana seorang pendidik mampu menciptakan hubungan yang positif dan saling menghargai dengan peserta didiknya. Guru yang ramah, sabar, dan terbuka akan lebih mudah diterima sebagai panutan.

Kesimpulan

Menjadi pendidik yang sukses bukanlah sekadar mengantarkan peserta didik meraih nilai akademik yang tinggi. Lebih dari itu, pendidik memiliki tugas membentuk generasi yang berkarakter. Dengan menjadi teladan dalam setiap aspek kehidupan, guru tidak hanya mengajar, tetapi juga menginspirasi. Bukankah peran guru adalah menggenggam tangan peserta didik, membuka pikirannya, dan menyentuh hatinya?

Mari menjadi pendidik yang tidak hanya mentransfer ilmu, tetapi juga mentransfer nilai-nilai kehidupan. Karena sejatinya, guru adalah lentera yang menerangi jalan para penerus bangsa menuju masa depan yang lebih baik (Alpin)